PROFIL
PROFIL
KONTAK
KONTAK
STANDAR PELAYANAN PUBLIK
STANDAR PELAYANAN PUBLIK
TRANSPARANSI KEUANGAN
TRANSPARANSI KEUANGAN
MEDIA DAN INFORMASI
MEDIA DAN INFORMASI
LAIN-LAIN
LAIN-LAIN

Pelatihan Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas Remaja bagi Guru BK di Denpasar: Bekal Penting untuk Edukasi Kesehatan Reproduksi di Sekolah

Pelatihan Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas Remaja bagi Guru BK di Denpasar: Bekal Penting untuk Edukasi Kesehatan Reproduksi di Sekolah

Denpasar, 30 Agustus 2025 — Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Denpasar bekerja sama dengan Kisara PKBI Bali sukses menggelar pelatihan pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas remaja bagi para pendidik, khususnya guru bimbingan dan konseling (BK) dari SMA/SMK se-Kota Denpasar. Kegiatan strategis ini berlangsung selama tiga hari, mulai 27 hingga 29 Agustus 2025, di ruang pertemuan BNN Kota Denpasar.

Sebanyak 28 guru BK dari berbagai sekolah di Kota Denpasar mengikuti pelatihan ini dengan antusias. Mereka dibekali pengetahuan dan keterampilan untuk memberikan edukasi kesehatan reproduksi dan seksualitas secara komprehensif, aman, dan sesuai dengan kebutuhan remaja masa kini. Kegiatan ini menjadi respon atas meningkatnya urgensi pemahaman isu-isu kesehatan reproduksi dan seksualitas di kalangan remaja.

Pelatihan dibuka secara resmi oleh Sekretaris KPA Kota Denpasar, Tri Indarti, SKM yang mewakili Wakil Walikota Denpasar selaku Ketua Pelaksana KPA Kota Denpasar. Dalam sambutannya, Bu Tri menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada para guru BK yang bersedia menjadi ujung tombak dalam edukasi kesehatan reproduksi di lingkungan sekolah. “Peran guru sangat penting sebagai fasilitator yang dekat dengan remaja. Kami berharap pelatihan ini bisa menjadi bekal nyata untuk implementasi di sekolah masing-masing,” ujarnya.

Hari pertama pelatihan dimulai dengan pretest untuk mengukur pemahaman awal peserta. Materi pertama dibawakan oleh Tri Indarti sendiri mengenai kebijakan penanggulangan HIV di Kota Denpasar. Selanjutnya, Kisara PKBI Bali menyajikan materi "Mengenal Dunia Remaja", yang mengupas dinamika psikologis dan sosial remaja saat ini. Dokter Made Oka Negara kemudian menjelaskan secara komprehensif tentang perilaku seksual berisiko, HIV, dan infeksi menular seksual (IMS), serta pentingnya pencegahan sejak dini.

Pada hari kedua, peserta diajak memahami konsep gender dan pentingnya kesetaraan melalui materi yang disampaikan oleh tim dari PKBI Bali. Isu kekerasan seksual, termasuk kekerasan berbasis gender secara daring, menjadi perhatian khusus. Materi selanjutnya mengangkat isu kesehatan mental remaja dan dukungan psikologis awal yang dibawakan oleh Psikolog RSUD Wangaya, Nena Mawarsari, S.Psi., yang menekankan pentingnya empati dan dukungan kepada remaja dalam situasi sulit.

Hari ketiga diisi dengan pembahasan kebijakan terkini, yakni Permendikbudristek No. 46 Tahun 2023 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Satuan Pendidikan. Materi ini disampaikan oleh Ibu Ni Luh Gede Yastini dari KPAD Provinsi Bali. Peserta juga diberi ruang untuk berbagi pengalaman dan tantangan sebagai guru BK dalam memberikan edukasi kesehatan reproduksi di sekolah masing-masing.

Materi soft skill menjadi penutup yang tak kalah penting. Yayasan Kosala Bali memberikan pelatihan "mendengarkan dengan baik", sebagai kemampuan dasar yang penting bagi pendidik saat berinteraksi dengan remaja. Sesi terakhir diisi oleh Kisara PKBI Bali dengan materi "Tips Menjadi Fasilitator Remaja", memberikan bekal praktis dan strategi pendekatan yang efektif dalam edukasi kesehatan reproduksi.

Sebelum kegiatan ditutup, peserta mengikuti post-test untuk mengukur peningkatan pemahaman serta menyusun Rencana Tindak Lanjut (RTL). RTL ini menjadi komitmen peserta untuk mengimplementasikan hasil pelatihan dalam bentuk kegiatan edukatif di sekolah masing-masing, mulai dari penyuluhan, konseling hingga pengembangan modul pembelajaran tematik.

Dengan pelatihan ini, KPA Kota Denpasar dan Kisara PKBI Bali berharap para guru BK mampu menjadi mitra strategis dalam menciptakan lingkungan sekolah yang aman, sehat, dan mendukung perkembangan remaja secara menyeluruh. Upaya edukasi ini diharapkan dapat berkontribusi dalam menurunkan angka kasus HIV, IMS, serta kekerasan seksual di kalangan pelajar, sekaligus membangun generasi muda yang lebih sadar dan bertanggung jawab terhadap tubuh dan relasi mereka.

Tags